Seperti yang kita tahu bahwa salah satu alasan penyebaran tercepat dari Covid-19 adalah karena ada beberapa orang yang telah terinfeksi namun tidak menunjukan gejala apapun, dan terlihat sehat. Tanpa disadari ia menyebarkan SARS-CoV-2 ke setiap orang yang ia jumpai.
Peneliti Amerika Serikat ingin mengetahui berapa banyak orang yang mungkin membawa SARS-CoV-2 namun ia sendiri tidak menyadarinya.
The National Institutes of Health (NIH), mengumumkan bahwa pada hari Jumat nanti mereka akan membuat sebuah penelitian untuk menentukan sejauh mana peyebaran tidak terdeteksi dari Covid-19.
Studi ini akan dilakukan oleh para peneliti dari Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) dan Institut Nasional Penggambaran Biomedis dan Bioteknologi (NIBIB), dengan dukungan tambahan dari Pusat Nasional Pemajuan Ilmu Penerjemahan Sains (NCATS) dan Institute Nasional Kanker (NCI).
Studi ini akan dilakukan oleh para peneliti dari Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) dan Institut Nasional Penggambaran Biomedis dan Bioteknologi (NIBIB), dengan dukungan tambahan dari Pusat Nasional Pemajuan Ilmu Penerjemahan Sains (NCATS) dan Institute Nasional Kanker (NCI).
Mereka berencana untuk mengumpulkan sampel darah hingga 10.000 orang di Amerika Serikat dan mencari petunjuk apakah ada seseorang yang memiliki antibodi untuk melawan Covid-19.
Para ilmuwan akan menganalisis sampel darah agar dapat mengetahui keberadaan antibodi, atau protein yang diproduksi sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi tersebut.
Para ilmuwan akan menganalisis sampel darah agar dapat mengetahui keberadaan antibodi, atau protein yang diproduksi sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi tersebut.
Jika seseorang telah terinfeksi namun tidak memiliki gejala pada umumnya dan tetap merasa sehat, itu menandakan darahnya mengandung antibodi khusus untuk SARS-CoV-2, dan seseorang dengan antibodi tersebut dapat kebal terhadap Covid-19, setidaknya dalam jangka waktu tertentu.
"Tes antibodi ini dapat menjelajahi riwayat sistem kekebalan tubuhnya yang pernah terinfeksi oleh virus" kata Matthew Memoli, MD, peneliti utama studi tersebut, dalam pernyataannya 10 April 2020 kemarin.
Ini adalah jenis tes yang berbeda dari yang digunakan untuk mendiagnosis kasus coronavirus lainnya, yang melibatkan tes Molekuler dan Swab hidung untuk mencari genetik sebuah virus. Tes tersebut kurang efektif karena tidak bisa mendeteksi pasien yang telah sembuh meskipun ia memiliki riwayat positif sebelumnya.
Sebaliknya, Tes Antibodi jauh lebih efektif karena dapat mendeteksi pasien yang memiliki riwayat virus meskipun ia telah sembuh.
Namun sayangnya tes seperti ini belum tersedia secara luas di berbagai negara, meskipun ada beberapa perusahaan dan rumah sakit yang berlomba-lomba untuk mengembangkannya.
"Tes antibodi ini dapat menjelajahi riwayat sistem kekebalan tubuhnya yang pernah terinfeksi oleh virus" kata Matthew Memoli, MD, peneliti utama studi tersebut, dalam pernyataannya 10 April 2020 kemarin.
Ini adalah jenis tes yang berbeda dari yang digunakan untuk mendiagnosis kasus coronavirus lainnya, yang melibatkan tes Molekuler dan Swab hidung untuk mencari genetik sebuah virus. Tes tersebut kurang efektif karena tidak bisa mendeteksi pasien yang telah sembuh meskipun ia memiliki riwayat positif sebelumnya.
Sebaliknya, Tes Antibodi jauh lebih efektif karena dapat mendeteksi pasien yang memiliki riwayat virus meskipun ia telah sembuh.
Namun sayangnya tes seperti ini belum tersedia secara luas di berbagai negara, meskipun ada beberapa perusahaan dan rumah sakit yang berlomba-lomba untuk mengembangkannya.
Source : Kaskus